Tuesday, September 20, 2011

Nias Kantong Anak-anak Bergizi Buruk

Jakarta, Kemiskinan adalah faktor utama yang memicu tingginya kasus gizi buruk di Kabupaten Nias, Sumatera Utara. Ekonomi yang lemah berdampak pada faktor lain yang memperparah gizi buruk,
termasuk pengetahuan soal pentingnya gizi yang baik.
Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2011 menunjukkan, Provinsi Sumatera Utara memiliki prevalensi atau angka kejadian gizi buruk sebesar 7,8 persen dan gizi kurang 13,5 persen. Meski bukan yang tertinggi di Indonesia, angka ini cukup besar di wilayah Sumatera.
Dari berbagai wilayah di Provinsi Sumatera Utara, kasus gizi buruk dan gizi kurang paling banyak ditemukan di Kabupaten Nias. Selain karena sanitasi dan asupan nutrisi yang buruk, kemiskinan disebut-sebut sebagai faktor paling dominan di wilayah ini.
Hal itu diakui oleh dr Monica Sahertian, dokter sekaligus relawan Obor Berkat Indonesia yang merupakan pelaksana lapangan program Tango Peduli Gizi di Nias. Menurutnya, banyak faktor pemicu gizi buruk yang hampir semuanya terkait dengan faktor ekonomi.
“Pasien kami rata-rata berpenghasilan Rp 200-300 ribu/bulan. Faktor ini menyebabkan pengetahuan masyarakat tentang gizi, serta perilaku hidup bersih di Nias relatif rendah,” ungkap dr Monica usai peluncuran program Tango Peduli Gizi 2011 di Pejaten Village, Jakarta Selatan, Jumat (22/7/2011).
Menurut dr Monica, warga Nias banyak yang beranggapan makan nasi saja sudah cukup bagi anak balita. Akibatnya anak-anak jarang mendapat asupan sayur, protein baik nabati maupun hewani sehingga wajar jika banyak di antaranya yang akhirnya kurang gizi.
Sebagai solusi jangka pendek, dr Monica mengatakan program Pemberian Makanan tambahan (PMT) selama 3-4 bulan seperti yang dilakukan dalam Tango Peduli Gizi ini cukup efektif. Namun program semacam itu harus terus menerus, karena jika dihentikan maka dalam beberapa bulan status gizinya akan kembali seperti semula.
Untuk memberikan solusi jangka panjang, masyarakat juga harus mendapat penyuluhan mengenai pentingnya gizi dan cara mengolah makanan yang benar. Demikian juga soal kebersihan, sanitasi yang baik harus diupayakan sesuai dengan kemampuan ekonominya.
“Rumah-rumah warga di Nias banyak yang tidak sehat, ukurannya cuma 3×3 meter untuk dihuni satu keluarga yang terdiri dari 4-5 orang. Alasnya masih tanah dan sanitasinya buruk karena memang tidak mampu membuat rumah yang lebih bagus” ungkap dr Monica.

No comments:

Post a Comment

Berilah komentar yang bersifat membangun karena kritikan addalah awal dari kebenaran